Andainya manusia boleh berubah-ubah,
Ingin aku menjadi cahaya,
Menerangi setiap ceruk,
Menyusup setiap pelusuk,
Agar menerangi dirimu yang suram.
Andainya manusia boleh berubah-ubah,
Ingin aku menjadi angin,
Lembut membawa bayu,
Mengusap dirimu,
Mendinginkan hati yang sayu,
Membisikkan khabar rinduku.
Namun aku disini,
Persis lemah jua,
Walau berjuta doa ku pinta,
Zahirnya,
Gerunku pada yang Esa,
Terserlah berkaca.
3.15pm
19/10/95
Thursday, May 21, 2009
Bila Musafir Lalu
Musafir Berpesan,
Jika hati sudah terpaut,
Usah diurai kisah yang lalu,
Jangan sekali melutut,
Pada hasutan godaan nafsu.
Maka:
Bila musafir berlalu pergi,
Membawa bersama khabar berita,
Sudah pasti ada balasannya nanti,
Di dunia akhirat kita merasa.
Jadi:
Jangan dimanja hati yang sepi,
Jangan bersedih berduka lara,
Berdoa tawakal sebagai nadi,
Hati yang tenang,
Jiwa yang selamat.
4/10/1995
Jika hati sudah terpaut,
Usah diurai kisah yang lalu,
Jangan sekali melutut,
Pada hasutan godaan nafsu.
Maka:
Bila musafir berlalu pergi,
Membawa bersama khabar berita,
Sudah pasti ada balasannya nanti,
Di dunia akhirat kita merasa.
Jadi:
Jangan dimanja hati yang sepi,
Jangan bersedih berduka lara,
Berdoa tawakal sebagai nadi,
Hati yang tenang,
Jiwa yang selamat.
4/10/1995
Pengenalan
Untuk pengetahuan pembaca, koleksi puisi yang di paparkan selepas ini, adalah puisi-puisi yang saya tulis pada tahun 1995-1997. Mungkin tidak sehebat punulis puisi yang terkenal. Cuma mahukan agar nukilan saya tidak hilang ditelan waktu. Ini kerana buku asal puisi ini juga sudah dimakan usia.
Sesuatu perlu dilakukan.
Sesuatu perlu dilakukan.
Subscribe to:
Posts (Atom)